Menghargai Eksistensi Kebhinekaan Ciptaan Tuhan

Manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki hak dan kewajiban. Hak untuk dihormati sesama makhluk berpikir, meskipun ada perbedaan pikiran dan pandangan. Sedangkan kewajibannya ialah mengakui eksistensi Tuhan, kalaupun tidak mau mengakui itu sudah menjadi urusan dan resiko individu masing-masing dengan Penciptanya.







Jangan sampai kita memaksakan ambisi pribadi atau golongan untuk menyeragamkan keinginan yang justru memicu munculnya konflik pertentangan. Apa yang sudah menjadi ketetapan Tuhan manusia tidak akan mungkin merubahnya. Apakah kita berkeras hati ingin semua di dunia ini sama dengan kemauan kita! Tentu itu menjadi hal yang sangat sulit, bahkan bertentangan dengan isi ayat Quran di atas. Berbeda itu sebuah kenyataan, yang sulit menerima kenyataan ialah membenci adanya perbedaan dengan diri kita atau kelompok kita. Sudah jelas disebutkan dalam ayat Quran tersebut di atas adanya larangan untuk tidak membenci hanya karena berbeda, baik itu beda pikiran, beda agama, beda organisasi, beda kampung, beda suku, maupun beda ras kulit atau bahkan beda negara.




Perbedaan ibarat susunan warna pelangi, terlihat indah terpadu tatkala kita melihatnya. Berbeda atau berbhineka tapi tetap satu jua. Satu kesatuan dalam wadah insaniyah atau kemanusiaan. Jangan sampai sesama manusia, yang kuat menindas yang lemah hanya karena berbeda dan tidak mengikuti keinginan yang mereka inginkan. Penindasan adalah wujud dari sifat keangkuhan dan sombong yang sewenang-wenang represif kepada manusia lemah. Berbeda jangan jadi alasan tidak mau bergaul dan tidak bekerjasama dalam membangun peradaban. Justru tim kerja atau bergabung di lingkup berbedalah kita dapat mengetahui kekayaan budaya dari masing-masing individu di lingkungan tempat tinggalnya. 

Perbedaan dalam bahasa sederhananya seperti bangunan rumah, rumah itu terdiri dari beberapa segmen dan komponen. Ada ruang tamunya, ada ruang keluarganya, ada kamarnya, bahkan ada ruang khusus penampungan limbah kotoran kita. Semua menyatu beserta perabot yang menghiasinya. 

Perbedaan, keberagaman atau kebhinekaan sudah menjadi bagian entitas yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dengan sesama jenisnya beserta lingkungannya. Seringkali kita menolak perbedaan karena faktor ego-sentrisme yang menganggap perbedaan dari kita atau golongan kita sebagai "ketidak benaran / salah". Seolah-olah "kebenaran" itu hanya milik kita atau golongan kita, orang lain selain kita salah semua hanya karena berbeda. Perbedaan jika kita pahami sebagai karunia Tuhan maka akan tercipta keselarasan hidup yang penuh kedamaian. Jangan sampai kita mempersempit perbedaan dengan persepsi dan vonis "buruk" secara sepihak sehingga menimbulkan perpecahan. Perbedaan adalah nikmat dan karunia Tuhan yang patut kita syukuri dan ambil hikmah kenapa diciptakan dalam perbedaan.

Dalam tataran pragmatis "perbedaan" jalan politik biasanya jika tidak bisa mengontrol ego masing-masing bisa berujung konflik. Setelah ditelaah munculnya konflik politik ujung-ujungnya ada kepentingan dan ketidak puasan atau juga kekecewaan pribadi atau golongan atas sesuatu yang menurut penilaiannya tidak adil. Padahal, penilaian tidak adil menurut manusia itu masih hal yang "absurd". Lalu bagaimana nilai keadilannya, jika ada orang ikhlas, ulama, ahli ibadah, zuhud nyawanya dicabut Tuhan apakah itu adil! Kenapa tidak orang-orang durjana yang terlebih dahulu dimatikan! Itu Rahasia Tuhan.

Perbedaan atau keberagaman baik dari segi derajat, status sosial, ras ataupun suku harus kita hormati. Jangan sampai kita berbuat aniaya dan tidak adil menindasnya, baik menindas melalui kata-kata verbal, tindakan brutal ataupun kebijakan diskriminatif. 

Semoga kita termasuk manusia yang pandai mensyukuri nikmatnya perbedaan. Amin. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Destinasi Wisata Pantai di Malang Selatan

Jalur ke JLS Malang via Gondanglegi dan Bantur

Menyusuri Jalanan Merenungi Realita Penciptaan