Konservasi Alam; Literasi Global Warming

Pemanasan global (Global Warming) seringkali diabaikan ketika ambisi dan nafsu kecanduan pada tumpukan dollar. Ketika manusia sudah menjadi pemuja dan pengabdi uang, alam pun menjadi korban keserakahannya. Kekayaan bumi di darat dan di dalam perut bumi dieksploitasi tanpa mengindahkan dampak buruk yang akan menimpanya. Keseimbangan alam goyah akibat perbuatan-perbuatan koruptif penuh keserakahan manusia.

Banyaknya pepohonan tumbang diganti dengan tanaman beton-beton bertingkat yang justru memantulkan suhu panas dari sinar matahari. Seandainya pepohonan tetap terjaga dengan lebat dan rimbun menghijau tentu temparatur suhu bumi tidak terlalu panas. 

Global warming telah memicu penguapan dan menjadikan kering area-area penyimpan tadah air hujan. Ketika penguapan akibat pemanasan global meningkat maka debit air hujan yang turun otmatis akan ikut meningkat. Akibatnya, daerah-daerah yang tidak memiliki jalur pengairan yang cukup baik terkena luapan banjir. 

Kalau diperhatikan dengan teliti, rata-rata bencana terjadi di daerah-daerah yang tidak memiliki pepohonan yang hijau rimbun. Banjir dan suhu panas kebanyakan menerpa daerah-daerah yang banyak rumah atau gedung-gedung bertingkat.

Kalau saja manusia mau menyadari dan merawat ekosistem alam dengan sebaik mungkin tentu tidak akan terjadi musibah bencana alam di berbagai tempat. Harus ada upaya serius penyadaran berkesinambungan kepada masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di daerah-daerah dekat hutan agar tidak terjadi penebangan liar. Jika pepohonan terus dieksploitasi tentu akan menambah pemanasan global sehingga air di permukaan bumi mudah menguap dan menjadi kering. Kalau terjadi pemanasan suhu udara, otomatis akan susah mencari sumber - sumber air.

Keserakahan manusia terhadap keuntungan harta benda duniawi telah merusak keseimbangan alam. Jika alam membalasnya dengan berbagai bencana dan musibahnya itu merupakan wujud keadilan atas eksploitasi yang berlebihan. 

Hanya karena memburu uang, alam dijadikan tumbal dan korban keuntungan duniawi. Sebenarnya kalau mau jujur, kebutuhan manusia berupa makan, minum, sandang, dan berteduh  alam bisa memenuhinya, hanya saja karena ambisi dan keserakahan yang disediakan alam untuk manusia seharusnya lebih dari cukup menjadi sia-sia dan justru berubah menjadi bencana. Kalau saja manusia bisa memahami kondisi dan eksistensi alam sebagai makhluk Tuhan sebagaimana dirinya yang sama juga sebagai makhluk pasti hidup akan tidak dipenuhi musibah dan bencana.

Semoga kita sadar, bahwa alam juga butuh teman yang bisa merawat dan menjaganya. Menjaga teman baik yang sudah berkorban sekian banyaknya demi kehidupan kita berarti menghormati Penciptanya. 

----- Terima kasih -----
~● Salam Lestari ●~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Destinasi Wisata Pantai di Malang Selatan

Jalur ke JLS Malang via Gondanglegi dan Bantur

Menyusuri Jalanan Merenungi Realita Penciptaan