Al-Mudabbir; Sang Maha Pengatur
Hidup pada hakikatnya sudah ada yang mengatur, kalau sudah ada yang mengatur kenapa kita harus repot susah payah dan pusing ikut-ikutan mengatur!! Kalau kita mau jujur sebenarnya adanya keinginan mengatur yang muncul dalam diri kita sebenarnya ada unsur tersembunyi yang bukan karena lillah, fillah billah.
Tidak ada kekuatan yang bisa mengatur gerak dan aktivitas alam semesta kecuali dengan kekuatan-Nya ("laa haula wa laa quwwata illa billah"). Jangan mencoba memaksakan diri bisa mengatur sesuatu dengan membanggakan sumber daya diri sendiri, jika memaksakan diri pasti akan dipaksa menerima hasil berupa kegagalan total. Contoh sejarahnya banyak, yang paling dikeang ialah kegagalan firaun pemimpin Mesir atau pemimpin keluarga yang merasa paling bisa, pada akhirnya berujung pada kegagalan (perceraian).
Mulai dari langit tanpa tiang, bumi bulat melayang dan beredar mengelilingi matahari adalah bukti nyata hukum alamiah yang tidak bisa dibantah oleh ahli kontruksi bangunan sekalipun. Jangan sampai ego kita dan sikap selfish kita melupakan Pengatur Sejati dalam melakukan kegiatan sosial di masyarakat, seakann-akan kitalah yang hanya bisa mengatur dan menyelesaikan sebuah masalah.
Ada semacam penyakit batiniyah berupa egoisme dan selfisme supaya dianggap paling hebat dan mendapatkan pujian kebanggaan. Penyakit-penyakit batin ini sulit dimusnahkan dan tidak memang tidak akan musnah selama kita masih dalam keadaan eksis di dunia. Sangat sulit menaklukkan dan mengobatinya, sampai-sampai terkadang merasa lelah dan kalah yang berujung penyesalan.
Selayaknya dalam mengatur sebuah urusan atau permasalahan hidup hendaknya didasarkan pada kerendahan hati, ruju' ilallah dalam segala hal. Jangan sampai penyakit-penyakit batiniyah ikut berperan sehingga menodai kemurnian dalam melaksanakan kewajiban kepada Tuhan.
Kehidupan dengan segala kelengkapannya serta siklus yang akan terjadi dan sudah terjadi secara alamiah tunduk patuh mengikuti aturan-Nya. Manusia hanya diwajibkan melaksanakan tugas dan ketaatan pengabdian dengan penuh ketulusan.
Bahagiakan diri dengan tadabbur dan tafakur atas segala ciptaan-Nya agar selalu menjadi manusia yang selalu bersyukur. Gunakan kelengkapan jiwa raga untuk mengeksplorasi dan berbagi sumber daya apapun yang kita miliki kepada makhluk lainnya supaya ada nilai kemanfaatan, sekaligus sebagai wujud ketaatan kewajiban kepada Tuhan.
Dalam berbagi, jangan sampai ada sekecil apapun keinginan dan ambisi kebanggaan egoisme paling bisa mengatur segala urusan. Karena hidup paling utama dan membahagiakan ialah ketundukan dan kepatuhan kepada Pengaturan Tuhan.
Jika hati sudah bisa merasakan kenikmatan kepatuhan kepada Sang Maha Pengatur, sudah pasti hidup akan aman, damai dan penuh kebahagiaan.
Komentar
Posting Komentar