Kata - kata Bijak Islami
Kebutuhan yang cukup dan barokah lebih baik daripada memiliki harta benda melimpah tapi lalai melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Tuhan.
Tuhan mengatur kita dengan beberapa perintah agar hidup menjadi baik, jika perintah-perintah Tuhan diabaikan sadar dirilah kenapa hidup penuh kesusahan.
Yang taat aturan, wajarlaj jika dianugrahi kesabaran dan keikhlasan serta kebahagiaan dalam menghadapi ujian kehidupan.
Fokuslah intropeksi mengatur diri sendiri agar menjadi orang yang taat melaksanakan kewajiban kepada Tuhan, jangan berambisi dan egois ingin mengatur kehidupan orang lain.
Orang berharta di suatu wilayah biasanya akan menjadikan orang-orang tidak mampu secara finasial di sekitarnya patuh tunduk dengan perintahnya.
Kriteria manusia bahagia tidak hanya dilihat dari banyak harta benda, akan tetapi tidak sedikit juga orang bahagia dengan kebutuhan cukup dan sesuai apa adanya.
Biasanya suatu lingkungan atau wilayah jika didatangi orang kaya, kemudian investasi banyak di lingkungan tersebut maka orang tersebut dianggap orang mulya.
Jangan jadikan penampilan luar yang agamis religius faktor satu-satunya ukuran kemulyaan seseorang.
Harta melimpah kalau tidak barokah seringkali menjadi racun dan penghalang orang enggan melaksanakan ibadah secara istiqomah.
Wasapdalah, pandangan matahati bisa menjadi kabur tidak jelas melihat Eksistensi Tuhan karena kebiasaan dan kecanduan dalam menikmati duniawi.
Hargailah perbedaan sebagai anugerah Tuhan, karena Tuhan sendiri menghendaki keberagaman, jangan dipaksakan semua harus seragam.
Meskipun hidup berbeda dalam beberapa hal tertentu, jangan sampai muncul sifat sombong merasa paling benar sendiri.
Jika tidak mampu melihat hakikat - hakikat penciptaan, itu pertanda bahwa hatinya terhalangi oleh kenikmatan duniawi.
Bukan berarti dengan turunnya hujan Tuhan tidak memberi rezeki kepada penjual es, akan tetapi adakalanya penjual bakso, soto, rawon, minuman jahe hangat, teh hangat, kopi juga berharap dagangannyan laku dengan adanya hujan.
Manusia seringkali memandang ketidak adilan ketika takdir diputuskan Tuhan berupa ujian kesusahan, padahal su'udzhon pada takdir juga merupakan perbuatan melanggar adab sopan santun kepada Tuhan.
Komentar
Posting Komentar