Jenis-jenis Ekspresi Kemurkaan Alam yang Perlu Kita Renungkan

Dulu banyak jenis pepohonan dengan penuh dedaunan hijau sangat lebat dan rimbun. Pancaran panas ultraviolet dari sang matahari terserap oleh dedaunan tersebut, sehingga efek panasnya ke bumi tidak begitu terasa menyengat. Seiring dengan bertambahnya populasi manusia pepohonan berkurang berganti dengan tanaman cor-coran; hotel, perumahan, villa, losmen, penginapan eksklusif di tanah produktif perbukitan. 

Akibat dari alih fungsi lahan di perbukitan dan di lahan hijau produktif munculah ketidak seimbangan alam, temperatur suhu panas naik, intensitas curah hujan meningkat, binatang endemik khas pegunungan bermigrasi ke rumah penduduk karena kekurangan makanan, dan beberapa efek negatif lainnya.



Selanjutnya, mari kita renungkan jenis-jenis atau macam-macam bencana alam sebagai ekspresi kemurkaan alam apa saja;

1. Banjir
Banjir terjadi karena intensitas curah hujan yang terlalu banyak dan terjadi dalam waktu lama. Banjir dapat berakibat lebih parah lagi apabila saluran air tersumbat oleh polusi berbagai macam sampah dan tidak adanya tanah resapan air yang memadai serta minimnya penghijauan berupa pepohonan dan kawasan hutan lindung.
Jika semua pemukiman tidak ada tanah terbuka berupa tanaman pepohonan, hanya berupa plesteran, paving yang berdaya resap rendah, cor-coran, aspal maka kemungkinan akan mengalami banjir, apalagi jika budaya masyarakat tentang kebersihan kurang. Budaya buang sampah sembarangan seakan menjadi kebiasaan yang lumrah, padahal dapat berakibat fatal jika terjadi hujan lebat.

2. Suhu panas meningkat
Temperatur meningkat karena pembangunan gedung, aspal jalan, industri otomotif, kendaraan roda dua, dan industri-industri lainnya tidak diimbangi dengan serius tentang konsep ramah lingkungan dan usah konservasi yang holistik.

Bahan bakar sekian ton menjadi polusi, gedung-gedung bertingkatpun berdiri di mana-mana tanpa ada yang berinisiatif untuk menerapkan peduli lingkungan berup menanam pohon di sekitarnya. Sehingga jika terjadi banjir, memang merekalah layak menerima kemurkaan alam.

3. Kebakaran Hutan
Perbuatan manusia yang mengeksploitasi alam secara berlebihan tentunya dapat merusak keseimbangan lingkungan. Alih fungsi lahan perlindungan lingkungan untuk keseimbangan alam menjadi lahan pertanian kalau tidak disadari efek negatifnya akan berdampak kembali pada manusia sendiri.

Hutan terbakar bisa terjadi karena dua hal, pertama faktor kesengajaan dan kedua karena suhu panas yang sudah sangat di atas rata-rata. Suhu panas terjadi karena prosentase lahan hijau lebih sedikit dibanding pemukiman penduduk yang di dalamnya banyak terdapat benda-benda yang memicu suhu panas naik. Contohnya seperti; pergerakan mobil dan kendaraan lainnya, alat pemanas di dapur, alat pengelas, telivisi berukuran besar, yang pada intinya mengkonsumsi panas dari listrik menjadi banyak.

Jika suhu panas rawan dapat membakar daun - daun kering atau batang pohon yang sudah lapuk kering yang ada di hutan. Maka manusia harus sadar dan aware bahwa penghijauan sangat perlu, karena dampak positif dan manfaatnya akan kembali kepada manusia sendiri.

4. Tiupan Angin Badai
Kondisi tiupan angin dapat berubah seketika jika hawa panas di udara semakin meningkat. Ilustrasinya seperti kita menyalakan api unggun, kalau api unggunnya kecil maka efek hawa hangatnya tidak terasa, tapi kalau api unggunnya besar maka hawa dan tiupan angin di sekitarnya akan berubah jadi hangat. Tiupan angin yang menerpa tubuh kitapun seakan-akan tidak ada efeknya karena kalah dengan hawa panas dari api unggun yang besar. 

Begitupun bumi, jika kita membuatnya semakin panas maka kondisi badai angin akan mencari celah di waktu malam hari atau ketika hujan bumi dalam kondisi dingin.

5. Kekeringan Tanah
Tanah menjadi kering karena minimnya pasokan air dan ketiadaan pepohonan yang ada di sekitarya, kecuali daerah pinggir laut. Untuk daerah yang jauh dari laut biasanya sumber air berada di bawah pepohonan besar. 

Kekeringan tanah faktor utamanya ialah ketiadaan lahan hijau yang cukup besar. Karena lahan hijau dengan pepohonan besarnya bisa menyimpan air hujan beberapa bulan sampai datang musim hujan kembali.

6. Gempa Bumi
Ini hanya pendapat pribadi; jika kita sering menambang yang ada di dalam perut bumi dan mengeksploitasi bukit-bukit untuk diambil batu dan batu gampingnya tentu akan mengganggu keseimbangan masa bumi dan rotasi bumi mengitari orbit Matahari.

Kita tidak menyadari berat minyak bumi berjuta-juta liter kubik dan gas alam cairnya juga merapakan salah satu pendukung keseimbangan bumi dalam berotasi diorbitnya.

Ketika panas yang ada di dalam bumi bergerak mencari celah yang kosong sisa - sisa akibat penyulingan minyak bumi tentu memicu pergerakan kerak lapisan bumi menjadi lebih cepat terjadi. Maka dari itu kita harus hati-hati dalam mengelola kekayaan yang ada di dalam perut bumi.

7. Gunung Meletus
Ketika suhu panas semakin meningkat, otomatis lahar panas yang ada di perut gunung aktivitasnya juga ikut meningkat. Jika kandungan air dalam perut bumi bisa dijaga, dengan memperbanyak lahan hijau pepohonan besar maka air yang di dalam akar pohon bisa dikatakan berfungsi sebagai radiator rotasi dan gerak lahar panas yang ada di dalam lapisan tanah bumi.

Mari mengekstensifikasi lahan hijau, semakin banyak pepohonan besar tertanam maka kondisi panas dalam perut gunung dan permukaan bumi akan terjaga dengan baik.

8. Abrasi air laut
Disamping faktor melelehnya lapisan es di kutub utara dan selatan, faktor dari manusia super kaya yang hobi membangun pulau buatan atau negara tertentu memperluas jangkauan pantai dan daratannya serta demi mendapatkan ZEE lepas pantai pengelolaan hasil laut maka rawan terjadi abrasi.

Tingkah laku manusia yang serakah dan ambisius berdampak negatif pada lingkungan laut dan pantainya. Banyaknya benda kapal tenggelam dan sampah dari sungai juga turut serta menyebabkan adanya abrasi.

9. Tanah Longsor
Tanah longsor terjadi biasanya di daerah lereng gunung, dan di daerah lereng gunung yang di pinggir jalan biasanya di tempati penjual yang sebagian besar tidak memahami menjaga kestabilan kontur tanah yang ada di lereng gunung. Di samping itu, banyak villa dan penginapan juga merupakan pemicu terjadinya tanah longsor.

Air hujan yang seharusnya diserap pepohonan, justru mengalir begitu saja dan mengendap dalam tanah sehingga beban tanah menjadi bertambah berat akibatnya rawan bergeser ke bagian rendah di bawahnya. Kalau ada pepohonan, masih bisa terbantu dengan akar tunjangnya.

10. Dan lain-lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Destinasi Wisata Pantai di Malang Selatan

Jalur ke JLS Malang via Gondanglegi dan Bantur

Menyusuri Jalanan Merenungi Realita Penciptaan