Ketika Sel-sel Tubuh Sudah Mulai Rapuh

Manusia diciptakan bukan untuk menikmati kenikmatan atau merasakan problem di dunia selamanya, ada batas tertentu yang akan mencapai pada titik kejenuhan jika diberi usia sampai tua. Jika sudah tua maka kemampuan sel-sel dan semua anggota tubuh badannya akan berkurang signifikan. Sudah tidak sekuat ketika saat-saat masa mudanya, akan mengalami erosi dan reduksi alat-alat hidup yang ada di anggota badannya.

وَمَن نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan? ~ QS. Yasin, 68 ~

Semula saat datang ke dunia tanpa gigi, maka saat tua giginya mulai menghilang satu-persatu. Semula ketika bayi tidak mampu berbuat apa-apa maka saat tua juga akan dikembalikan tidak berdaya dihilangi kekuatannya. Saat bayi, makan dan minum disuapin ketika tuapun akan disuapi anak-anaknya, cucu-cucunya atau orang lainnya. Ketika bayi, tidak sanggup berbicara dengan fasih dan berpikir tajam, maka saat tua renta kembali dalam asal kejadiannya tidak lagi mampu berkata yang jelas dan terkadang pikun.



















Ketika usia tua tidak lagi berdaya ('ithiyya) hanya pertolongan Tuhan Aljawadul Karim sajalah yang sangat kita harapkan. Kelemahan di usia senja menjadi tanda bahwa manusia sudah seharusnya memperbanyak dzikir dan taqorrub mengingat Sang Pencipta. 

Dalam kondisi 'ithiyya, anggota tubuh dan sel-selnya sudah tidak lagi optimal dan maksimal memproduksi zat-zat antibodi yang bisa menetralisir penyakit dari luar. Kalau sudah tua renta ('ithiyya) berjalan jauhpun sudah kelelahan dan nafas ngos-ngosan. Sering mengeluh sakit pegal dan linu-linu pada persendian tulang-tulangnya. 

Pada akhirnya, dari tanda-tanda yang melekat dalam tubuh kita tak lepas dari "Laa haula wa laa quwwata illa billah", tak ada kekuatan yang kita harapkan selain Kekuatan-Nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Destinasi Wisata Pantai di Malang Selatan

Jalur ke JLS Malang via Gondanglegi dan Bantur

Menyusuri Jalanan Merenungi Realita Penciptaan